Selasa, 25 September 2012

Sebelumnya klik disini untuk apa dan bagaimana kontruksi dan kerja mesin gulung. Berikut ini adalah gambar Wiring Diagram Otomatis Mesin Gulung



Keterangan:

ON, OFF =  Push Button
R, R1, R2, R3 = Relay Contactor
SV1 = Selenoid Valve Brake
SV2 = Selenoid Valve Cutting

Cara Kerja:

Perhatikan gambar Wiring Diagram Otomatis Mesin Gulung yang telah saya format dalam extension gif dibawah ini, dimana warna garis biru menggambarkan arus listrik yang mengalir.



no.1
adalah keadaan dimana arus listrik berhenti pada keadaan MCB terbuka

no.2
pada saat MCB tertutup, arus listrik akan menyalakan Counter Relay

no.3
gambar no.3 ini menjelaskan sesaat setelah tombol ON ditekan, dan menghidupkan R dan MC dari motor. Saat inilah Proximity Switch bekerja menghitung jumlah putaran mesin, melalui Counter relay.

no.4
  • Saat Counter relay selesai menghitung maka NCnya akan terbuka dan mematikan MC, dan NOnya akan tertutup dan menyalakan T1, R1 dan SV brake
  • NC dari R1 yang juga terhubung ke MC akan terbuka untuk nantinya terpakai dalam keadaan reset pada Counter Relay, 
  • Pada saat bersamaan, NC dari T1 akan menghidupkan SV brake yang menghentikan putaran sisa motor.
  • Beberapa detik selanjutnya NC dari T1 akan terbuka dan mematikan SV brake, begitu juga NO dari T1 yang paralel dengan NO dari CR akan tertutup, yang nantinya akan juga terpakai dalam keadaan reset pada Counter Relay.
no.5
NO dari T1 ini akan tertutup dan menyalakan T2 dan SV cutting.

no.6
Beberapa detik kemudian NO dari T2 akan tertutup dan menghidupkan T3 serta R2

no.7
  • Pada saat R2 hidup, NOnya akan mereset Counter Relay dan mengembalikan fungsi NO dan NCnya seperti semula.
  • Coba perhatikan penjelasan saya pada poin no.4, arus yang mengalir akan tidak berpengaruh pada rangkaian ketika fungsi NO dan NC dari Counter Relay kembali normal.
  • Pada gambar diatas, sengaja saya ulang poin no.6 dan no.7
no.8
NO dari T3 akan tertutup dan menyalakan R3

no.9
  • Pada saat bersamaan NC dari R3 yang terpasang diantara tombol ON dan OFF akan terbuka, dan memutus arus pada rangkaian. Sama persis kerjanya dengan fungsi tombol OFF.
  • Pada gambar diatas, sengaja saya ulang poin no.8 dan no.9
no.10
Ketika NC dari R3 kembali normal, maka rangkaian telah siap kembali dihidupkan seperti semula.

Untuk mempelajari kerja rangkaian ini, ada baiknya Anda perhatikan gambar diatas dan save gambar bila perlu.

Demikian saja penjelasan tentang Wiring Diagram Otomatis Mesin Gulung ini, semoga bermanfaat untuk menambah wawasan Anda tentang wiring diagran otomatis, yang secara prinsip sederhananya adalah sama, yakni memanfaatkan NO dan NC.

Selamat belajar..

_______________________________
Read More..

Rabu, 12 September 2012

Pada posting kali ini saya akan membuat wiring diagram automatis sederhana dari sebuah mesin yang saya ciptakan dari khayalan saya sendiri. Walaupun hanya berupa khayalan, tetapi wiring diagram ini akan menjelaskan semua materi dasar yang pernah saya posting sebelumnya, antara lain:
  1. Fungsi dasar kerja NO dan NC
  2. Fungsi dan kerja Magnetic Contactor
  3. Fungsi dan kerja Relay Contactor
  4. Fungsi dan kerja TDR Time Delay Relay
  5. Fungsi dan kerja Thermal Overload Relay
  6. Fungsi dan kerja Proximity Switch
  7. Fungsi dan kerja Digital Counter Relay
  8. Fungsi dan kerja Pneumatic dan Selenoid Valve
Semua materi tersebut diatas akan menjadi sebuah rangkaian kerja berurutan, dan diharapkan dapat menjadi dasar pengetahuan anda tentang bagaimana merakit dan menciptakan sendiri sebuah rangkaian automatis. Karena pada dasarnya semua penciptaan teknologi baru, berawal dari sebuah khayalan.

Baiklah... lihat gambar dibawah ini


klik gambar untuk memperbesar

Cara kerja mesin
  1. Saat tombol ON ditekan, motor akan berputar dan memutar juga rolling product melalui belt yang terpasang dibawahnya.
  2. Sensor membaca jumlah putaran dari rolling product yang menggulung bahan, sesuai nilai yang telah ditetapkan pada counter relay.
  3. Saat jumlah gulungan telah selesai, kontaktor motor dinamo akan lepas dan pneumatic brake akan bekerja (�0.5~1 detik) menghentikan putaran dinamo.Setelah lepas brakenya, pneumatic cutting akan bekerja (�0.5~1 detik) memotong product.
  4. Setelah selesai memotong, counter secara otomatis mereset SV menjadi 0 kembali.
  5. Dan mesin telah siap kembali dihidupkan, setelah operator mengambil dan mengemas product, serta memasang bahan kembali.
dibawah ini saya sertakan juga gambar visualisasi pneumatik brake dan cutting yang terdapat pada mesin khayalan saya..

Pneumatic Brake

Pneumatic Cutting

Konstruksi dari pneumatik brake dan cutting diatas adalah kontruksi umum, dimana saya hanya mejelaskan saja bagaimana brake dan cutting procces itu bekerja. Silahkan anda mengembangkannya lebih lanjut, khususnya yang mendalami bidang mechanical machine.

Wiring Diagram

Untuk pembahasan wiring diagram nya, silahkan klik disini.
Terimakasih..

______________________________
Sumber: http://electric-mechanic.blogspot.com
Read More..

Minggu, 09 September 2012

Solenoid valve pneumatic adalah katup yang digerakan oleh energi listrik, mempunyai kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk menggerakan plunger yang dapat digerakan oleh arus AC maupun DC. Solenoid valve pneumatic atau katup (valve) solenoida mempunyai lubang keluaran, lubang masukan, lubang jebakan udara (exhaust) dan lubang Inlet Main. Lubang Inlet Main, berfungsi sebagai terminal / tempat udara bertekanan masuk atau supply (service unit), lalu lubang keluaran (Outlet Port) dan lubang masukan (Outlet Port), berfungsi sebagai terminal atau tempat tekanan angin keluar yang dihubungkan ke pneumatic, sedangkan lubang jebakan udara (exhaust), berfungsi untuk mengeluarkan udara bertekanan yang terjebak saat plunger bergerak atau pindah posisi ketika solenoid valve pneumatic bekerja.


Prinsip Kerja


Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup listrik yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet sehingga menggerakan plunger pada bagian dalamnya ketika plunger berpindah posisi maka pada lubang keluaran dari solenoid valve pneumatic akan keluar udara bertekanan yang berasal dari supply (service unit), pada umumnya solenoid valve pneumatic ini mempunyai tegangan kerja 100/200 VAC namun ada juga yang mempunyai tegangan kerja DC.


 Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic

Berikut keterangan gambar Solenoid Valve Pneumatic:
  1. Valve Body
  2. Terminal masukan (Inlet Port)
  3. Terminal keluaran (Outlet Port)
  4. Manual Plunger
  5. Terminal slot power suplai tegangan
  6. Kumparan gulungan (koil)
  7. Spring
  8. Plunger
  9. Lubang jebakan udara (exhaust from Outlet Port)
  10. Lubang Inlet Main
  11. Lubang jebakan udara (exhaust from inlet Port)
  12. Lubang plunger untuk exhaust Outlet Port
  13. Lubang plunger untuk Inlet Main
  14. Lubang plunger untuk exhaust inlet Port
 Dibawah ini dapat dilihat cara kerja plunger selenoid valve pneumatic  dalam menyalurkan udara bertekanan kedalam tabung pneumatik (silinder pneumatik kerja tunggal), yang telah saya animasikan.


Cara Kerja Sistem Pneumatic



Kompressor diaktifkan dengan cara menghidupkan penggerak mula umumnya motor listrik. Udara akan disedot oleh kompresor kemudian ditekan ke dalam tangki udara hingga mencapai tekanan beberapa bar. Untuk menyalurkan udara bertekanan ke seluruh sistem (sirkuit pneumatik) diperlukan unit pelayanan atau service unit yang terdiri dari penyaring (filter), katup kran (shut off valve) dan pengatur tekanan (regulator).


Service unit ini diperlukan karena udara bertekanan yang diperlukan di dalam sirkuit pneumatik harus benar-benar bersih, tekanan operasional pada umumnya hanyalah sekitar 6 bar. Selanjutnya udara bertekanan disalurkan dengan bekerjanya solenoid valve pneumatic ketika mendapat tegangan input pada kumparan dan menarik plunger sehingga udara bertekanan keluar dari outlet port melalui selang elastis menuju katup pneumatik (katup pengarah/inlet port pneumatic). Udara bertekanan yang masuk akan mengisi tabung pneumatik (silinder pneumatik kerja tunggal) dan membuat piston bergerak maju dan udara bertekanan tersebut terus mendorong piston dan akan berhenti di lubang outlet port pneumatic atau batas dorong piston.

Klik disini untuk melihat penggunaannya.

_____________________
_________
Sumber: http://electric-mechanic.blogspot.com
Read More..
Digital Counter Relay atau juga Electronic Counter Relay adalah salah satu peralatan kontrol semi digital yang banyak digunakan pada mesin mesin produksi ringan, umumnya mesin yang membutuhkan akurasi jumlah produk dan khususnya mesin mesin yang mengandalkan gerak putar dalam mengemas produk produknya. Counter Relay ini kompatible dengan berbagai macam jenis sensor, asalkan sesuai dengan nilai input sensor yang telah ditetapkan pabrikan pembuatnya. Dan memang penggunaan Counter Relay ini harus selalu menggunakan sensor proximity sebagai input untuk menghasilkan output NO dan NC yang diinginkan sama persis dengan fungsi kerja sensor controller, sehingga pemanfaatannya bisa untuk bermacam macam wiring rangkaian automatis.


Fungsi dari Counter Relay ini adalah menghitung nilai nilai input (PV, Present Value) dari perangkat diteksi (Limit switch, DC(+)Volt atau Proximity switch) sampai tercapai nilai yang telah ditetapkan (SV, Set Value), untuk selanjutnya menggerakkan kontak internal NO dan NC nya. Pada type tertentu, nilai Set Value ini bisa diatur dalam 2 jenis penghitungan,. Yaitu penghitungan nilai naik dan penghitungan nilai menurun. Lihat gambar dibawah ini.



Counter Relay ini mempunyai fungsi NO dan NC output dalam hasil kerja penghitungannya, dan mampu membaca tiga jenis nilai input yang berbeda.
  • Contact signal input: Relay dan Limit switch
  • Electrical level signal input: tegangan Positip (+) (4V-30V)
  • Sensor signal input: Photoswitch approach switch dan Proximity input switch (NPN dan PNP)
Perhatikan gambar terminal yang terdapat pada Counter Relay dari 3 jenis type dibawah ini.


Pada gambar diatas, terdapat persamaan pada fungsi dasar Counter Relay, yaitu nilai input dari sensor dan nilai output pada kontak NC dan NO. selain itu juga ada fungsi reset yang bisa mengulang kembali perhitungan dari 0 kembali atau PV Present Value.
Electronic Digital Counter Relay ini bisa bekerja pada tegangan 36V, 110V, 127V, 220V, 380V 50/60HZ dan juga pada tegangan DC 24Volt pada type dan merk tertentu. Kemampuannya dalam menghitung nilai input pada Counter Relay diatas, bisa mencapai 1-9999(x1x10x100), dan mempunyai kapasitas contact NO dan NC internalnya VAC 250V /5A atau VDC28V /5A.

klik disini untuk membaca wiring diagram sederhana Counter Relay dengan Proximity Switch

______________________
http://electric-mechanic.blogspot.com
Read More..

Sabtu, 08 September 2012

Proximity Switch atau Sensor Proximity adalah alat pendeteksi yang bekerja berdasarkan jarak obyek terhadap sensor. Karakteristik dari sensor ini adalah menditeksi obyek benda dengan jarak yang cukup dekat, berkisar antara 1 mm sampai beberapa centi meter saja sesuai type sensor yang digunakan. Proximity Switch ini mempunyai tegangan kerja antara 10-30 Vdc dan ada juga yang menggunakan tegangan 100-200VAC.


Hampir di setiap mesin mesin produksi sekarang ini menggunakan sensor jenis ini, sebab selain praktis sensor ini termasuk sensor yang tahan terhadap benturan ataupun goncangan, selain itu mudah pada saat melakukan perawatan ataupun perbaikan penggantian.

Proximity Sensor terbagi dua macam, yaitu:
  • Proximity Inductive
  • Proximity Capacitive
Proximity Inductive berfungsi untuk mendeteksi obyek besi/metal. Meskipun terhalang oleh benda non-metal, sensor akan tetap dapat mendeteksi selama dalam jarak (nilai) normal sensing atau jangkauannya. Jika sensor mendeteksi adanya besi di area sensingnya, maka kondisi output sensor akan berubah nilainya.

Proximity Capacitive akan mendeteksi semua obyek yang ada dalam jarak sensingnya baik metal maupun non-metal.

Jarak Diteksi
Jarak diteksi adalah jarak dari posisi yang terbaca dan tidak terbaca sensor untuk operasi kerjanya, ketika obyek benda digerakkan oleh metode tertentu.


Pengaturan jarak
Mengatur jarak dari permukaan sensor memungkinkan penggunaan sensor lebih stabil dalam operasi kerjanya, termasu
k pengaruh suhu dan tegangan. Posisi objek (standar) sensing transit ini adalah sekitar 70% sampai 80% dari jarak (nilai) normal sensing.

Nilai output dari Proximity Switch ini ada 3 macam, dan bisa diklasifikasikan juga sebagai nilai NO (Normally Open) dan NC (Normally Close). Persis seperti fungsi pada tombol, atau secara spesifik menyerupai fungsi limit switch dalam suatu sistem kerja rangkaian yang membutuhkan suatu perangkat pembaca dalam sistem kerja kontinue mesin.

Tiga macam ouput Proximity Switch ini bisa dilihat pada gambar dibawah.


Output 2 kabel VDC
Output 3 dan 4 kabel VDC
Output 2 kabel VAC

Dengan melihat gambar diatas kita dapat mengenali type sensor
Proximity Switch ini, yaitu type NPN dan type PNP. Type inilah yang nanti bisa dikoneksikan dengan berbagai macam peralatan kontrol semi digital yang membutuhkan nilai nilai logika sebagai input untuk proses kerjanya.

Beberapa jenis Proximity Switch ini hanya bisa dikoneksikan dengan perangkat PLC tergantung type dan jenisnya. Sensor ini juga bisa dikoneksikan langsung dengan berbagai macam peralatan kontrol semi digital seperti Sensor Controller dan counter relay digital.

Pada prinsipnya fungsi Proximity Switch ini dalam suatu rangkaian pengendali adalah sebagai kontrol untuk memati hidupkan suatu sistem interlock dengan bantuan peralatan semi digital untuk sistem kerja berurutan dalam rangkaian kontrol.

klik disini untuk membaca wiring diagram Rangkaian Pengendali Kerja Berurutan ______________________________
Sumber: http://electric-mechanic.blogspot.com
Read More..

Kamis, 06 September 2012

Direct Online Starter adalah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang berarti �Langsung Nyala�. Jenis kontrol ini adalah metode pengaturan yang paling dasar sekali dalam dunia kendali-mengendalikan motor. Biasanya digunakan untuk proses yang cuma membutuhkan motor bisa dihidupkan kapanpun dimanapun semua suka dengan arah putaran tertentu, jika ingin bisa dua arah ada kontrol maju-mundur atau yang dinamakan �forward-reverse�.




Sebenarnya kontrol DOL Starter ini pernah saya bahas sebelumnya, namun saya tidak memakai istilah DOL Starter dalam pemaparannya, dikarenakan saya ingin para pembaca dapat memahami secara bertahap mengenai dasar sebuah sistem rangkaian pengendali dan seluk beluknya, dan juga untuk menaikkan rangking pencarian blog saya di google dengan kata kunci yang umum digunakan
Untuk melihat tahapan tahapan dan pembahasan tentang kontrol DOL Starter silahkan klik posting posting saya terdahulu berikut ini:
  1. Rangkaian Pengendali dan Rangkaian Utama
  2. Interlock Kontaktor
  3. Wiring Diagram Star Delta
  4. Pengaplikasian Kerja NO dan NC Proteksi Motor Listrik
  5. Wiring Motor Bolak Balik (Forward Reverse)
  6. Foto Gambar Pengkoneksian / Penyambungan Rangkaian Kontaktor
____________________________________
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Direct_on_line_starter
http://electric-mechanic.blogspot.com
Read More..

Selasa, 04 September 2012

Setelah kita mengenal apa itu Thermal Overload, RCP Relay dan Phase Failure Relay, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
  1. Peralatan tersebut akan bekerja pada kondisi tertentu
  2. Peralatan tersebut terdapat kontak NO dan NC yang bisa digunakan pada sistem
baca disini untuk lebih jelas lagi tentang NO dan NC

Coba perhatikan gambar berikut ini

Gambar diatas adalah gambar Rangkaian Pengendali hubung Star Delta yang pernah dibahas sebelumnya. Pada wiring diagram tersebut saya belum memasang sistem proteksi untuk motor, maka pada Rangkaian Utamanya saya pasang Thermal Overload pada masing-masing Kontaktornya K1, K2 dan K3 seperti pada gambar berikut

klik gambar untuk memperbesar

dan sesuai apa yang telah dibahas sebelumnya bahwa fungsi dasar dari peralatan proteksi ialah 'untuk memutuskan sistem pada rangkaian pengendali melalui fungsi NO da NC nya,' maka sebaiknya NC dari Thermal Overload di pasang pada input koil dari kontaktor masing masing. atau bisa juga pada input utama rangkaiannya. Maka didapat gambar seperti dibawah ini, dalam tegangan kerja rangkaian yang berbeda.


Catatan:
Penempatan NC dan NO dari peralatan peralatan proteksi bisa ditempatkan dimana saja asalkan bisa memutus sistem interlock dari sebuah rangkaian pengendali motor.

Hal yang sama bisa juga dilakukan pada NC dan NO dari RCP Relay, Phase Failure Relay, limit switch, TDR Time Delay Relay / Timer dan berbagai jenis Sensor sesuai dengan sistem kerja motor atau sistem sistem kelistrikan yang lain.

Dan untuk mengetahui foto gambar pengkabelan sistem proteksi kerja motor induksi ini, anda dapat melihatnya disini, terutama pada rangkaian pengendali hubung star deltanya.

__________________________
Sumber: electric-mechanic.blogspot.com


Read More..
RCP relay & Phase Failure Relay

RCP relay dan Phase Failure Relay ini berfungsi untuk memonitoring tegangan listrik jatuh, urutan fasa dan asimetri keteradaan tiga satuan gelombang. RCP relay ini akan beroperasi pada tegangan jatuh dan kebalikan gelombang, yang sangat penting untuk proteksi kerja motor induksi.

RCP relay




Phase Failure Relay

Sebenarnya RCP relay dan Phase Failure Relay ini sama fungsinya seperti thermal overload dan alat alat proteksi motor lainnya, yaitu memutus rangkaian pengendali dari suatu sistem kerja motor listrik.


dalam gambar diatas RCP relay dan Phase Failure Relay mempunyai kontak NO dan NC, sama seperti yang terdapat pada thermal overload.

Untuk pengaplikasian pemasangan kerjanya bisa klik disini

___________________________
Sumber : electric-mechanic.blogspot.com
Read More..
PLN membagi daya pemakaian konsumennya menjadi dua bagian yaitu, untuk pemakaian rumah tangga dan industri. Khusus pada pemakaian listrik industri (umumnya 3 phasa), PLN menerapkan penambahan penghitungan pemakaian daya listriknya dengan kVarh meter (kilo Volt ampere reactive per Hours) selain kWh meter (kilo Watt per Hours). Hal ini bisa dilihat pada gambar dibawah ini:

klik gambar untuk memperbesar

sebaliknya untuk pelanggan rumah tangga, sosial dan bisnis yang kapasitas terpasang lebih kecil dari industri, biaya /meter kVarh ini tidak ada dan tidak dikenakan denda kVar. Secara praktis penggunaan kapasitor tidak merupakan kebutuhan mendesak untuk dipakai pada pelanggan rumah tangga.

Jadi untuk pelanggan tertentu seperti Industri dan pabrik, akan dikenakan dua biaya, yaitu biaya pemakaian kWh dan kVarh. Untuk penghematan biaya, kita dapat menghilangkan biaya kVarh ini dengan penggunaan kapasitor Bank. Sehingga tagihan yang akan muncul hanyalah kWh saja. Dengan penggunaan kapasitor bank kita dapat mengharapkan biaya kVarh yang tertera ditagihan tersebut akan menjadi nol / hilang.

Bagaimana mendesain / menghitung besar kapasitas dari kapasitor bank yang dibutuhkan untuk menghilangkan biaya kVarh ? Marilah kita mulai menghitung hitung tagihan listrik seperti contoh dibawah ini :


klik gambar untuk memperbesar

Pada gambar tagihan  listrik diatas, pelanggan industri tersebut belum memasang panel kapasitor bank pada instalasi listrik pabriknya. Sehingga tagihan biaya kVarh~nya membengkak, bahkan lebih besar dari biaya kWh yang terpakai.

Disini saya tidak secara khusus membahas tentang  Segitiga Daya yang tentunya berhubungan langsung dengan kasus ini. Dimana seperti yang sudah kita ketahui bahwa pengertian umum dari Segitiga Daya adalah suatu hubungan antara daya nyata P(Watt), daya semu S(VA) dan daya reaktif Q(Var). Sehingga pada pelanggan industri, PLN menerapkan biaya daya nyata (Watt) dan biaya daya reaktif (Var) dikarenakan penggunaan daya listriknya banyak menggunakan arus induksi (Volt ampere reaktif).

Kembali kepembahasan semula.. Dari gambar diatas terlihat, pelanggan menggunakan kVarh sebesar 6701 kVarh. Bila pelanggan dalam pemakaian kVarh~nya perhari adalah 8 jam kerja, maka digunakan rumus

kVarh : 8 : 30 = kVar
6701 : 8 : 30 = 27.92 kVar

Angka 27.92 kVar bisa dibulatkan menjadi 30 untuk menetapkan jumlah pembagian step dipanel kapasitor bank agar sesuai dengan kebutuhan maksimal penggunaannya.

misalnya: bila panel kapasitor menggunakan Power Factor Controller 6 step maka kita hanya tinggal membagi angka 30 dengan 6, dan hasil kVar dari kapasitor yang akan digunakan adalah sebesar 5 kVar dari setiap stepnya. Begitupun bila menggunakan Power Factor Controller 12 step, maka angka 30 dibagi dengan 12, dan didapatkan hasil 2,5 kVar dari setiap stepnya.

Catatan:
Apabila rekening PLN tidak tersedia, dan hanya diketahui daya trafo saja misalnya 100 kVA. Maka umumnya dapat dihitung besar kapasitor bank maksimal sebesar 60% dari kapasitas trafo yang digunakan.

maka: daya 100 kVA dikalikan dengan 0.6 dan didapatkan hasilnya sebesar 60 kVar. Dan bila bila panel kapasitor menggunakan Power Factor Controller 6 step maka kita hanya tinggal membagi angka 60 dengan 6, dan hasil kVar dari kapasitor yang akan digunakan adalah sebesar 10 kVar dari setiap stepnya. Begitupun bila menggunakan Power Factor Controller 12 step, maka angka 60 dibagi dengan 12, dan didapatkan hasil 5 kVar dari setiap stepnya.

Demikian saja pembahasan saya tentang cara menghitung kebutuhan kapasitor bank untuk memperbaiki faktor daya ini.. semoga bermanfaat..

_______________________________
Sumber : http://electric-mechanic.blogspot.com
Read More..
Klik disini untuk melihat bagaimana cara membuat sendiri panel kapasitor bank industri
 
Cara pemasangan kapasitor bank industri yang akan digunakan untuk memperkecil atau memperbaiki PF (Power Factor) mempunyai dua cara dalam penempatannya, yaitu :

1. Terpusat, kapasitor ditempatkan pada:
  • Sisi primer dan sekunder transformator
  • Pada bus pusat pengontrol
2. Terbatas, kapasitor ditempatkan pada:
  • Feeder kecil
  • Pada rangkaian cabang
  • Langsung pada beban
Perawatan Kapasitor

Kapasitor bank yang digunakan untuk memperbaiki pf supaya tahan lama tentunya harus dirawat secara teratur. Dalam perawatan itu perhatian harus dilakukan pada tempat yang lembab yang tidak terlindungi dari debu dan kotoran. Sebelum melakukan pemeriksaan pastikan bahwa kapasitor tidak terhubung lagi dengan sumber. Kemudian karena kapasitor ini masih mengandung muatan berarti masih ada arus/tegangan listrik maka kapasitor itu harus dihubung singkatkan supaya muatannya hilang.

Adapun jenis pemeriksaan yang harus dilakukan meliputi :
  • Pemeriksaan nilai kapasitansi (kebocoran)
  • Pemeriksaan kabel dan penyangga kapasitor
  • Pemeriksaan isolator


Komponen Panel Capasitor


1. Main Switch / Load Break Switch

Main switch ini sebagai peralatan kontrol dan isolasi jika ada pemeliharaan panel . Sedangkan untuk pengaman kabel / instalasi sudah tersedia disisi atasnya (dari) MDP.Mains switch atau lebih dikenal load break switch adalah peralatan pemutus dan penyambung yang sifatnya on load yakni dapat diputus dan disambung dalam keadaan berbeban, berbeda dengan on-off switch model knife yang hanya dioperasikan pada saat tidak berbeban .Untuk menentukan kapasitas yang dipakai dengan perhitungan minimal 25 % lebih besar dari perhitungan KVar terpasang dari sebagai contoh :

Jika daya kvar terpasang 400 Kvar dengan arus 600 Ampere , maka pilihan kita berdasarkan

600 A + 25 % = 757 Ampere
maka load Break Switch yang dipakai ber-size 800 Ampere.

2. Kapasitor Breaker

Kapasitor Breaker digunakan untuk mengamankan instalasi kabel dari breaker ke Kapasitor bank dan juga kapasitor itu sendiri. Kapasitas breaker yang digunakan sebesar 1,5 kali dari arus nominal dengan rumus

I m = 10 x Ir.

Untuk menghitung besarnya arus dapat digunakan rumus

In = Qc / 3 . VL

Sebagai contoh :
masing masing steps dari 10 steps besarnya 20 Kvar maka dengan menggunakan rumus diatas didapat besarnya arus sebesar 29 ampere , maka pemilihan kapasitas breaker sebesar 29 + 50 % = 43 A atau yang dipakai 40 Ampere.

Selain breaker dapat pula menggunakan Fuse, Pemakaian Fuse ini sebenarnya lebih baik karena respon dari kondisi over current dan Short circuit lebih baik namun tidak efisien dalam pengoperasian jika dalam kondisi putus harus selalu ada penggantian fuse. Jika memakai fuse perhitungannya juga sama dengan pemakaian breaker.

3. Magnetic Contactor

Magnetic contactor diperlukan sebagai Peralatan kontrol.Beban kapasitor mempunyai arus puncak yang tinggi , lebih tinggi dari beban motor. Untuk pemilihan magnetic contactor minimal 10 % lebih tinggi dari arus nominal ( pada AC 3 dengan beban induktif/kapasitif). Pemilihan magnetic dengan range ampere lebih tinggi akan lebih baik sehingga umur pemakaian magnetic contactor lebih lama.

4. Kapasitor Bank

Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif..yang akan berfungsi sebagai penyeimbang sifat induktif. Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVar sampai 60 Kvar. Dari tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt.

5. Reactive Power Regulator

Peralatan ini berfungsi untuk mengatur kerja kontaktor agar daya reaktif yang akan disupply ke jaringan/ system dapat bekerja sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Dengan acuan pembacaan besaran arus dan tegangan pada sisi utama Breaker maka daya reaktif yang dibutuhkan dapat terbaca dan regulator inilah yang akan mengatur kapan dan berapa daya reaktif yang diperlukan. Peralatan ini mempunyai bermacam macam steps dari 6 steps , 12 steps sampai 18 steps.

klik disini untuk melihat wiring diagram Reactive Power Regulator
    6. Detuned Reactor

    di bawah ini adalah gambar pemasangan kapasitor bank dengan detuned reactor, klik disini untuk membaca detail tentang apa itu detuned reactor dan fungsinya



    catatan:

    Peralatan tambahan yang biasa digunakan pada panel kapasitor antara lain :
    1. Push button on dan push button off yang berfungsi mengoperasikan magnetic contactor secara manual (klik disini untuk melihat dasar tombol ON OFF). Selektor, auto � off � manual yang berfungsi memilih system operasional auto dari modul atau manual dari push button. Klik disini untuk melihat wiring diagram pengendali panel kapasitor.
    2. Exhaust fan + thermostat yang berfungsi mengatur ambein temperature dalam ruang panel kapasitor. Karena kapasitor, kontaktor dan kabel penghantar mempunyai disipasi daya panas yang besar maka temperature ruang panel meningkat, setelah setting dari thermostat terlampaui maka exhaust fan akan otomatis berhenti (klik disini untuk membaca dasar perangkat sensor suhu)

    Keuntungan yang diperoleh dengan dipasangnya Power Capacitor
    • Menghilangkan denda PLN atas kelebihan pemakaian daya reaktif.
    • Menurunkan pemakaian kVA total karena pemakaian kVA lebih mendekatikW yang terpakai, akibatnya pemakaian energi listrik lebih hemat.
    • Optimasi Jaringan:
    • Memberikan tambahan daya yang tersedia pada trafo sehingga trafo tidak kelebihan(overload).
    • Mengurangi penurunan tegangan (voltage drop) pada line ends dan meningkatkan daya pakai alat-alat produksi.
    • Terhindar dari kenaikan arus/suhu pada kabel sehingga mengurangi rugi-rugi.
    Setup C/K PFR

    Agar Power Factor Regulator (PFR) yang terpasang pada Panel Kapasitor Bank dapat bekerja secara maksimal dalam melakukan otomatisasi pengendalian kerja kapasitor maka diperlukan setup C/K yang sesuai. Berikut ini cara menghitung C/K pada PFR:

    Sebuah Panel Capacitor Bank 6 Step x 60 KVAR, 3 Phase, 400 Volt, dengan CT sensor terpasang 1000/5A. Berapa nilai setup C/K ?

    Solusi:
    60 KVAR = 60.000 VAR

    60.000
    ---------------- = 86 A
    400 x 1.732

    C/K= I c1/CT Ratio

    86
    ---------- = 0,43
    1000/5

    atau bisa juga melihat dalam tabel dari produk Power Factor Controller yang digunakan. Dibawah ini saya contohkan tabel dari produk RVC ABB


    CT Ratio
    k
    Capacitor step rating (kvar)
    5
    10
    15
    20
    30
    40
    50
    60
    70
    90
    100
    120

    10/1
    0/5
    10
    .447
    .895
    1.34
    1.79
    2.68








    20/1
    100/5
    20
    .224
    .447
    .671
    .895
    1.34
    1.79
    2.24
    2.68





    30/1
    150/5
    30
    .149
    .298
    .447
    .597
    .895
    1.19
    1.49
    1.79
    2.09
    2.68
    2.98


    40/1
    200/5
    40
    .112
    .224
    .336
    .447
    .671
    .895
    1.12
    1.34
    1.57
    2.01
    2.24
    2.68

    60/1
    300/5
    60
    .075
    .149
    .224
    .298
    .447
    .597
    .746
    .895
    1.04
    1.34
    1.49
    1.79

    80/1
    400/5
    80
    .056
    .112
    .168
    .224
    .336
    .447
    .559
    .671
    .783
    1.01
    1.12
    1.34

    100/1
    500/5
    100
    .045
    .089
    .134
    .179
    .268
    .358
    .447
    .537
    .626
    .805
    .895
    1.07

    120/1
    600/5
    120
    .037
    .075
    .112
    .149
    .224
    .298
    .373
    .447
    .522
    .671
    .746
    .895

    160/1
    800/5
    160
    .028
    .056
    .084
    .112
    .168
    .224
    .280
    .336
    .392
    .503
    .559
    .671

    200/1
    1000/5
    200
    .022
    .045
    .067
    .089
    .134
    .179
    .224
    .268
    .313
    .403
    .447
    .537

    300/1
    1500/5
    300
    .015
    .030
    .045
    .060
    .089
    .119
    .149
    .179
    .209
    .268
    .298
    .358

    400/1
    2000/5
    400
    .011
    .022
    .034
    .045
    .067
    .089
    .112
    .134
    .157
    .201
    .224
    .268

    600/1
    3000/5
    600

    .015
    022
    .030
    .045
    .060
    .075
    .089
    .104
    .134
    .149
    .179


    ______________________________
    Sumber : http://electric-mechanic.blogspot.com

    Read More..