Senin, 30 September 2013

Sistem Tegangan distribusi yang digunakan di Indonesia adalah berkisar 3 KV, 6 KV, 7 KV, 9 KV, 11,5 KV, 20 KV dan 24 KV. Namun yang umum digunakan pada sistem tegangan distribusi PLN adalah 6 KV, 12 KV 20 KV dan 24 KV, dan sisanya adalah tegangan yang bersumber dari transformator yang khusus digunakan beberapa industri tertentu.

Gardu induk distribusi primer PLN, memasok daya listrik kekonsumennya dengan dua jalur distribusi yang dibedakan pemakaiannya. Yaitu konsumen besar (Kawasan Industri) dan konsumen-konsumen yang menggunakan tenaga istrik dengan level tegangan rendah (380/220 Volt) seperti rumah tangga, industri kecil, perkantoran, pertokoan dan sebagainya.

Untuk konsumen besar yang menggunakan energi listrik yang besar, PLN memasok kebutuhan listriknya melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20KV atau 24KV dengan jalur distribusi kawat penghantar udara atau Penghantar bawah tanah ke Gardu Induk (GI) konsumen untuk pemakaian sendiri.


gambar salah satu tipe jaringan distribusi tegangan
klik gambar untuk memperbesar

Sedangkan untuk kebutuhan rumah tangga, perkantoran dan industri kecil, PLN memasoknya melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20KV ke gardu distribusi Sekunder yang dibangun pada lokasi-lokasi tertentu. Dan disalurkan kembali ke trafo tiang step down didekat pusat-pusat pelanggan, untuk selanjutnya penyaluran distribusi daya listrik tersebut diteruskan melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380/220 Volt ke meter-meter pelanggan.

Adapun urutan daya listrik PLN ke meter-meter pelanggan dari rumah tangga (250 VA, 1 Phasa), perkantoran dan industri kecil sampai industri menengah (630 KVA, 3 Phasa) dapat dilihat pada tabel dibawah ini



No.
Daya Terpasang (Volt Ampere)
Pembatas MCB/MCCB (Ampere)
1
250
1 X 1,2
2
450
1 X 2
3
900
1 X 4
4
1,300
1 X 6
5
2,200
1 X 10
6
3,500
1 X 16
7
4,400
1 X 20
8
5,500
1 X 25
9
7,700
1 X 35
10
11,000
1 X 50
-------
-------------------
-------------------------------------
11
13,900
1 X 63
12
17,000
1 X 80
13
22,000
1 X 100
-------
-------------------
-------------------------------------
14
3,900
3 X 6
15
6,600
3 X 10
16
10,600
3 X 16
17
13,200
3 X 20
18
16,500
3 X 25
19
23,000
3 X 35
20
33,000
3 X 50
21
41,500
3 X 63
-------
-------------------
-------------------------------------
22
53,000
3 X 80
23
66,000
3 X 100
24
82,500
3 X 125
25
105,000
3 X 160
26
131,000
3 X 200
27
147,000
3 X 225
28
164,000
3 X 250
29
197,000
3 X 300
30
233,000
3 X 335
31
279,000
3 X 425
32
329,000
3 X 500
33
414,000
3 X 630
34
526,000
3 X 800
35
630,000
3 X 1000

Urutan daya listrik untuk konsumen menengah dan besar, tergantung pada kapasitas trafo dan beban yang digunakan di Gardu Induk (GI) konsumen. Mulai dari 20 KVA sampai 30.000 KVA. Pada umumnya trafo yang digunakan di banyak kawasan Industri menengah dan besar tersebut, adalah menggunakan Transformator seperti berikut:
  • Transformator 3 Phasa 25 kVA 20kV/ 400V
  • Transformator 3 Phasa 50 kVA 20kV/ 400V
  • Transformator 3 Phasa 100 kVA 20kV/ 400V
  • Transformator 3 Phasa 160 kVA 20kV/ 400V
  • Transformator 3 Phasa 200 kVA 20kV/ 400V
  • Transformator 3 Phasa 400 kVA 20kV/ 400V
  • Transformator 3 Phasa 500 kVA 20kV/ 400V
  • Transformator 3 Phasa 630 kVA 20kV/ 400V
  • Transformator 3 Phasa 1000 kVA 20kV/ 400V
  • Transformator 3 Phasa 1250 kVA; 20kV/400V
  • Transformator 3 Phasa 1500 kVA; 20kV/400V
  • Transformator 3 Phasa 1750 kVA; 20kV/400V
  • Transformator 3 Phasa 2000 kVA; 20kV/400V
  • Transformator 3 Phasa 2500 kVA; 20kV/400V
  • Transformator 3 Phasa 3150 kVA; 20kV/400V
Bila konsumen industri berencana menggunakan daya listrik yang cukup besar lagi dari daya yang sudah terpasang, maka mereka cukup mengganti kapasitas trafo digardu induk (GI) mereka sesuai kapasitas fedder yang digunakan, atau menambah unit cubicle dan trafo lagi sesuai kapasitas beban listrik yang disediakan PLN.

Setelah mengetahui urutan daya listrik yang ada di Indonesia, mari kita cermati dan simpulkan mengenai daya kVar yang sebaiknya terpasang untuk meperbaiki COS phi yang ada. Klik disini untuk memulai membuat sendiri sebuah panel kapasitor bank dengan RVC ABB.


______________________________
Sumber: http://electric-mechanic.blogspot.com
Read More..

Minggu, 15 September 2013

Ladder Diagram (LD) adalah salah satu bahasa pemograman PLC yang umum digunakan setelah bahasa pemograman Function Block Diagram (FBD}, Structure Text (ST), Instruction List (IL) / Statement List (SL) dan Sequential Function Chart (SFC).

Tidak semua PLC support bahasa-bahasa pemograman diatas. Ada yang hanya support LD saja, ada juga yang support LD, FBD,SFC,ST tergantung dari PLC yang kita pakai.

Berikut bahasa pemrograman yang digunakan oleh beberapa merek PLC :
  1. Allen bradley PLC-5 & SLC-500  : Ladder Diagram (LD)
  2. Allen bradley Logix 5000 family  : Ladder Diagram (LD), Function Block Diagram (FBD), Sequential Function Chart (SFC), Structure Text (ST)
  3. Omron CX-Programmer V8.1 : Ladder Diagram (LD), Function Block Diagram (FBD), Sequential Function Chart (SFC)
  4. Schneider : Ladder Diagram (LD), Function Block Diagram (FBD), Sequential Function Chart (SFC)
  5. Siemens :  Ladder Diagram (LD), Function Block Diagram (FBD), Sequential Function Chart (SFC), Instruction List (IL)
Nah.. sebagai awal belajar bahasa pemograman PLC, ada baiknya mengetahui dulu pengertian Ladder  Diagram. Ladder  Diagram merupakan tiruan dari logika yang diaplikasikan langsung oleh relay. Ladder Diagram banyak mengurangi kerumitan yang dihadapi oleh teknisi untuk menyelesaikan tujuannya. Tapi bagaimanakah Ladder Diagram itu bekerja? atau dengan kata lain, bagaimana sebenarnya representasi dari Ladder Diagram itu sehingga bisa menyusun logika-logika boolean?

Wahhh... masih bingung khan?

Oke deeh.. langsung saja dengan penjelasan sederhana saya yahh..! 

Ladder Diagram sederhana dapat disamakan dengan wiring diagram yang banyak terdapat di blog Elektro Mekanik ini. Sebagai contoh saya ambil sebuah gambar pada artikel saya sebelumnya, seperti dibawah ini.

Wiring Diagram Star Delta


Dari gambar wiring diagram Star Delta tersebut, secara tidak langsung saya sudah memberikan gambaran dasar tentang Ladder Diagram. Entah karena kebiasaan atau hal lainnya atau juga kurangnya pengetahuan aturan standard internasional penggunaan simbol kontak NO NC, saya tidak pernah menggambarkan kontak NO dan NC di blog saya ini dengan simbol mirip saklar, atau juga bisa jadi MCB , baik dalam wiring diagram komponen Relay, Kontaktor dan Timer.

Kembali kepembahasan semula... 

Dari gambar diagram diatas, kita terlebih dahulu memodifikasi diagram dengan tidak merubah fungsi dan urutan kerja rangkaian. Seperti pada gambar dibawah ini.


Pada gambar diatas, tombol ON OFF ditempatkan dari line input dengan sejajar, hal ini sangat direkomendasikan untuk nantinya dapat anda ketahui sendiri sebabnya. Dan untuk membuatnya menjadi sebuah gambar Ladder Diagram, kita perlu mengganti simbol tombol ON OFF dengan simbol NO NC standard, seperti pada gambar dibawah ini.


klik gambar untuk memperbesar

Dan untuk mendapatkan gambar Ladder Diagram yang tersirat, silahkan anda memutar-mutar gambar dengan program pengolah gambar sederhana semisal "PAINT" di PC anda. Atau bila anda menggambarnya di lembar sampul plastik transparant dengan spidol, lihat saja gambar dibaliknya. dan putarlah ke arah kiri 90�. Hasilnya akan dapat terlihat seperti gambar dibawah ini..



Setelah melihat gambar Ladder Diagram dasar yang didapat, coba bandingkan dengan gambar ladder diagram yang banyak terdapat digoogle image search. Seperti pada gambar dibawah ini.


klik gambar untuk memperbesar

Inti dari pembahasan artikel ini adalah bagaimana menggambar atau membuat sebuah Ladder Diagram dari pemahaman anda tentang sebuah wiring diagram rangkaian. Sebab untuk mengetahui dasar pemograman PLC, anda dituntut untuk mengetahui dasar sebuah kerja rangkaian pengendali.

Sekedar tips..

Untuk bisa menguasai bahasa pemograman Ladder Diagram, mulailah mencoba berlatih membuatnya dengan cara-cara seperti diatas. Dimulai dari sebuah wiring diagram yang dimodifikasi input ON OFFnya menjadi sejajar, sampai dengan hasil akhir dari pembolak-balikkan gambar. Jika anda telah terbiasa membuat wiring diagram seperti cara-cara diatas, maka anda akan dengan mudah membuat sebuah Ladder Diagram dan memahami maksud tujuan dan mempelajari instruksi-intruksi lainnya yang terdapat pada sebuah Ladder Diagram yang telah jadi.

Demikian saja pembahasan tentang Penyederhanaan Pemahaman Pengertian Ladder Diagram Untuk Pemograman PLC ini, semoga bermanfaat

______________________________
Sumber: http://electric-mechanic.blogspot.com
Read More..